Ada tak terhitung banyaknya cara untuk membelanjakan uang. Sebagian orang memilih belanja sepatu baru, sebagian yang lain memilih untuk menyedekahkan uang tersebut. Ada yang membeli CD terbaru dari artis favorit, ada pula yang menggunakannya untuk minum kopi mahal. Dan tentunya ada begitu banyak cara lainnya untuk menghabiskan uang. Kemarin, 26 April 2010, ini adalah cara yang saya pilih.

Saya memilih pergi ke Bandung, kota sejuta cerita, kota sejuta kenangan. Trip ke Bandung kali ini sebenarnya adalah rencana yang dimajukan. Awalnya saya merencanakan ke Paris Van Java di bulan Mei. Rencana maju lantaran adanya penghapusan KA Parahyangan. Makanya, saya memutuskan untuk ke Bandung pulang pergi di hari terakhir beroperasinya KA Parahyangan, berangkat dengan kereta pertama dan pulang dengan kereta terakhir. Trip ini pun saya sengajakan untuk mengunjungi beberapa spot yang selama delapan tahun saya tinggal di Bandung, justru belum pernah saya kunjungi: menara Mesjid Agung, Gedung Merdeka, Sumber Hidangan (sisi Restoran), Gedung Indonesia Menggugat, dan Museum Pos.
Singkat cerita, berangkatlah saya dari rumah menuju stasiun Bekasi pukul 05.40 WIB untuk mengejar KA Parahyangan yang terjadual berangkat pukul 05.59 WIB. Kereta datang sekitar pukul 05.55 dan berangkat sesuai jadual yg tertulis di tiket. Perkiraan saya bahwa kereta bakalan penuh salah besar. Gerbong 2 kelas bisnis amat sangat lengang. Padahal saya sengaja beli tiket PP sejak H-8 keberangkatan.
Tujuan pertama saya dalam trip Bandung kali ini adalah melihat Kota Bandung dari ketinggian, tepatnya dari puncak menara Mesjid Agung. Kereta tiba di Bandung sekitar jam sembilan kurang. Sempat bingung angkot apa yang harus saya naiki untuk menuju kawasan Alun-alun, akhirnya saya naik angkot St Hall-Gd Bage atas petunjuk seorang bapak pengumpul uang retribusi di Terminal St Hall. Dengan membayar ongkos Rp2.000,- tibalah saya di sisi selatan Mesjid Agung. Dinar dan Rais yang sudah berjanji sebelumnya untuk menemani selama di Bandung tiba sekitar lima menit kemudian. Niatan kami untuk naik ke puncak menara berakhir dengan kekecewaan, ternyata menara hanya dibuka di hari Sabtu dan Minggu untuk umum. Selebihnya, khusus untuk rombongan minimal 20 orang. Tampaknya ke puncak menara Mesjid Agung masih menjadi utang saya pada kunjungan ke Kota Kembang berikutnya. Oya, untuk menaiki menara dikenakan infaq sebesar Rp2.000,-.
Tak terpuaskan di tujuan pertama, kami bertiga segera menuju tujuan berikutnya: Gedung Merdeka. Tidak dikenakan biaya sepeser pun untuk memasuki gedung yang juga dikenal sebagai Museum KAA, hanya dibuutuhkan untuk mengisi buku tamu. Di dalam Gedung Merdeka, kami berkeliling melihat berbagai peninggalan bersejarah dari 55 tahun yang lalu. Kebanyakan hal yang ditampilkan di museum ini adalah berupa panel-panel besar yang berisi foto-foto dan juga tulisan-tulisan. Sedangkan, barang-barang yang berasal dari masa KAA sendiri tidak terlalu banyak, meski tidak dapat dikatakan sedikit. Setelah sekitar lima puluh menit, kami akhirnya mengakhiri tour Gedung Merdeka.

Sekitar jam 10.30 kami beranjak menuju tujuan berikutnya: Sumber Hidangan. Toko kuno yang berdiri sejak tahun 1929 ini memang sudah saya rindukan sejak lama. Sumber Hidangan terbagi menjadi dua bagian, yang pertama menjual aneka macam kue dan roti, sedangkan bagian yang satu lagi berupa restoran yang menjual makanan berat dan es krim.
Saya belum pernah berkesempatan untuk mencoba es krim di sana. Beruntung, ketika kami ke sana bagian restorannya ternyata buka. Saya memesan satu gelas es krim berisi tiga scoop kecil es krim mocha ditabur gula merah. Nikmat! Untuk satu gelas es krim ini, saya membayar Rp7.000,-. Sebelum beranjak pergi dari sana, tidak lupa saya membeli oleh-oleh sederhana untuk adik di rumah. Favorit kami berdua adalah sebuah kue bernama Frou Frou. Kue ini terdiri dari dua buah biskuit nougat bulat dan di antaranya ada krim nan lezat. Sumber Hidangan memiliki Frou Frou dengan dua rasa, mocha dan cokelat. Sebuah Frou Frou dihargai Rp5.000,-. Satu lagi yang menjadi favorit saya adalah Japonaise, sebuah kue seperti kue mereng (merengue) berukuran oval besar dengan isi krim di dalamnya dan dilapis oleh cokelat di luarnya. Luar biasa! Sebuah Japonaise berharga Rp7.000,-. Dua kue ini lah yang saya beli. Gambar di bawah ini adalah bungkusan yang saya bawa pulang: dua buah Frou Frou mocha, sebuah Frou Frou cokelat, dan sebuah Japonaise.